Entri Populer

Senin, 31 Oktober 2011

Praktek lapang koralogi di pulau barrang lompo

keanekaragaman biota, tempat tinggal sementara atau tetap, tempat mencari
makan atau memijah dan daerah asuhan, serta tempat berlindung bagi
hewan laut lainnya. Terumbu karang juga berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya siklus biologi, kimiawi, dan fisik secara global yang
mempunyai tingkat produktivitas yang sangat tinggi.
Disamping itu, terumbu karang merupakan sumber bahan makanan
langsung atau tidak langsung dan sumber obat-obatan. Terumbu karang
sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan sumber utama bahan
konstruksi. Terumbu karang mempunyai nilai yang penting sebagai
pendukung dan penyedia bagi perikanan pantai termasuk di dalamnya
sebagai penyedia lahan dan tempat budidaya berbagai hasil laut.
Terumbu karang merupakan gudang persediaan makanan dan obat-
obatan bagi manusia di masa kini maupun di masa mendatang. Selain itu
keindahannya juga menjadi sumber devisa pariwisata bagi negara. Saat ini
wisata bahari Indonesia tengah berkembang pesat dan terumbu karang
merupakan salah aset utamanya. Terumbu karang adalah rumah bagi ribuan
hewan dan tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Berbagai jenis
hewan mencari makan dan berlindung di ekosistem ini. Berjuta penduduk
Indonesia bergantung sepenuhnya pada terumbu karang sebagai sumber
pencaharian. Jumlah panenan ikan, kerang dan kepiting dari terumbu karang
secara lestari di seluruh dunia dapat mencapai 9 juta ton atau sedikitnya 12%
dari jumlah tangkapan perikanan dunia. Sumber perikanan yang ditopang
terumbu karang memiliki arti penting bagi masyarakat setempat yang pada
umumnya masih memakai alat tangkap tradisional. Selain nilai ekonominya,
terumbu karang merupakan laboratorium alam yang sangat unik untuk
berbagai penelitian yang dapat mengungkapkan penemuan yang berguna
bagi kehidupan manusia. Beberapa jenis sponge, misalnya, merupakan
hewan terumbu karang yang berpotensi sebagai obat antara lain untuk
penyakit kanker. Selain itu hewan karang yang mengandung kalsium
karbonat telah dipergunakan untuk pengobatan tulang rapuh.
Terumbu karang meliputi wilayah yang luas (jutaan mil persegi) di
daerah tropik, perairan pantai yang dangkal, didominasi oleh pembentukan
terumbu karang yang memang sering digunakan untuk membatasi
lingkungan lautan tropik. Terumbu karang merupakan keunikan diantara
asosiasi atau komunitas lautan yang seluruhnya dibentuk oleh kegiatan
biologis. Terumbu adalah endapan-endapan masif yang penting dari kalsium
karbonat yang terutama dihasilkan oleh karang (filum Cnidaria, klas
Anthozoa, ordo Madreporaria= Scleractinia) dengan sedikit tambahan dari
alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium
karbonat. Meskipun karang ditemukan diseluruh lautan di dunia, baik
diperairan kutub maupun perairan uruhari, seperti yang ada di daerah tropik,
tetapi hanya di daerah tropik terumbu dapat berkembang. Hal ini disebabkan
oleh adanya dua kelompok karang yang berbeda, yang satu dinamakan
hermatipik dan yang lain adalah ahermatipik (Bengen, D.G. 2002)
             Karang hermatipik dapat menghasilkan terumbu sedangkan
ahermatipik tidak. Karang ahermatipik tersebar diseluruh dunia, tetapi karang
hermatipik hanya ditemukan di wilayah tropik. Perbedaan yang mencolok
antara kedua karang ini adalah bahwa didalam jaringan karang hermatipik
terdapat sel-sel tumbuhan yang bersimbiosis yang dinamakan zooxanthella,
sedangkan karang ahermatipik tidak.
Terumbu karang adalah suatu ekosistem didasar laut tropis yang
terutama dibangun oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-jenis
karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup
didasar lainnya seperti Mollusca, Crustacea, Echinodermata, Polycaeta,
Porifera, Tunicata dan biota lainnya yang hidup bebas di perairan sekitarnya (Dahuri, dkk. 1999)
Terumbu karang merupakan ekosistem yang kompleks dengan
keanekaragaman hayati tinggi ditemukan di perairan dangkal daerah tropis
(English et al., 1997). Walaupun memiliki kompleksitas dan keanekaragaman
hayati yang tinggi, namun ekosistem ini tidak stabil, karena sensitif terhadap
gangguan yang timbul, baik secara alami maupun akibat aktifitas manusia.
Terumbu karang selalu hidup bersama-sama dengan hewan lain.
Rangka karang itu sendiri memberikan tempat perlindungan berbagai macam
spesies hewan, termasuk jenis penggali lubang dari golongan moluska,
cacing polychaeta, dan kepiting. Terumbu karang juga merupakan tempat
hidup yang sangat baik bagi ikan hias, selain itu dapat melindungi pantai dari
hempasan ombak sehingga bisa mengurangi proses abrasi (Gomez, E.D. and Halen, T.Y., 1988).
Karena letaknya di dasar laut, walaupun hanya pada wilayah laut
dangkal, perhatian masyarakat pada umumnya dan pemerintah pada
khususnya terhadap pentingnya nilai dan permasalahan terumbu karang di
Indonesia dinilai cukup lambat. Hal ini disebabkan oleh berbagai kendala
termasuk masalah teknologi dan kemampuan penyelaman, serta kebijakan
pemerintah, sehingga informasi masalah kondisi terumbu karang baru
mendapat perhatian yang lebih serius pada tahun 90'an. Keterlambatan ini
menyebabkan tingkat kerusakan terumbu karang di Indonesia dinilai sudah
sangat parah, dimana lebih dari 70 % ekosistem terumbu karang kita telah
mengalami kerusakan (Hopley dan Suharsono, 2000; Edinger dkk., 1998;
Jompa, 1996).
Sampai saat ini, usaha rehabilitasi kawasan terumbu karang yang
telah mengalami kerusakan di Indonesia masih sangat kurang, salah satu
upaya yang biasa dilakukan untuk maksud tersebut adalah dengan
melakukan transplantasi karang dewasa (misalnya Fox dkk., 2000). Namun
demikian, untuk memperbaiki lahan yang cukup luas maka akan dibutuhkan
sumber karang dewasa yang cukup banyak. Hal ini dinilai bisa merusak
habitat tempat dimana dilakukan pengambilan karang dewasa tersebut, lagi
pula sering kali tingkat kelangsungan hidupnya untuk jangka panjang belum
memuaskan
           Karang membutuhkan kejernihan air yang tinggi dan jumlah unsur
hara atau nutrient yang rendah. Karena zooxanthella (alga simbiosa)
membutuhkan cahaya untuk fotosintesis, maka cahaya adalah salah satu
faktor utama yang mempengaruhi distribusi vertikal karang pembentuk
terumbu (karang hermatypic). Oleh karena itu, kebanyakan pertumbuhan
karang yang paling aktif terdapat pada kedalaman 2-10 meter.Hubungan
simbiosa antara zooxanthellae dan karang merupakan faktor penting dalam
pembentukan terumbu karang. Alga bersel satu ini mendapatkan
perlindungan yang baik dalam jaringan karang dan memperoleh suplai
nutrient atau unsur hara dari hasil sekresi karang dan karbon dioksida dari
hasil respirasi hewan karang. Kedua unsur tersebut akan dimanfaatkan oleh
zooxanthella untuk pertumbuhan dan perkembangannya melalui proses
fotosinthesis. Hasil dari fotosintesis tersebut yang merupakan senyawa
karbon selanjutnya dimanfaatkan oleh karang sebagai sumber energi.
Untuk pertumbuhan terumbu karang yang baik, dibutuhkan kondisi
lingkungan yang cocok (Hutomo, M., 1993).
Sebagai kawasan yang didominasi oleh lingkungan laut, terdapat tiga
ekosistem laut tropis yakni ekosistem terumbu karang, ekosistem padang
lamun dan ekosistem mangrove. Ketiganya saling terkait secara ekologis dan
memberikan manfaat yang begitu besar terhadap kehidupan manusia.
Ekosistem-ekosistem tersebut sangat kompleks, kaya dengan
keanekaragaman hayati serta memiliki banyak fungsi dan manfaat bagi
ekologi alam laut dan manusia yang tinggal di pesisir. Masyarakat pesisir
telah lama memanfaatkan terumbu karang dan mangrove sebagai daerah
sumber mata pencaharian dan kegunaan fisik mampu melindungi pantai dari
ancaman abrasi. Dari sisi ekologi ekosistem ini sebagai tempat hidup
(habitat) bagi hampir semua biota laut perairan dangkal baik untuk mencari
makan, pembesaran dan penetasan atau melahirkan anak (Bengen, 2000).
Namun demikian, ancaman bagi ekosistem laut tropis tetap ada
dimana-mana terutama dari manusia yang memanfaatkannya. Keserakahan
manusialah menjadi faktor penyebab utama kerusakan ekosistem pantai
tropis terutama di negara-negara berkembang seperti di Indonesia (Iriani, 2003.).
            Guna mengetahui kondisi ekosistem terkini aspek pemanfaatan
ekosistem dimasa mendatang di Barrang Lompo , maka perlu diketahui
kondisi ekologi sumberdaya dan tingkat produktifitas terumbu karangnya.
Untuk mengetahui itu semua maka diperlukan suatu upaya pengkajian yang
lebih terfokus dan detail monitoring ekologi dan survey Creel sehingga dapat
diperoleh informasi tentang sumberdaya terumbu karang dan peluang
pengembangannya.

Praktek lapang koralogi dilaksanakan di Pulau Barrang Lompo terletak sekitar 12 kilometer sebelah barat Kota Makassar dan berada di kawasan Kepulauan Spermonde. Pulau ini memiliki luas sekitar 89 hektar, dengan jumlah penduduk kurang lebih 5.000 jiwa dan berasal dari berbagai etnik.
Sampel ini didapatkan di derah riff plate di bagian tenggara pulau barrang lompo, dengan kecerahan 100 %. Warna pertama sampel ini adalah hijau muda. Karang ini kita dapatkan hidup di substrat pasir dan diamati adalah karang massive. Pengamatan pada bentuk pertumbuhan karang. Cara ini sangat mudah dan cepai dipelajari yaitu dengan melihat bentuk pertumbuhan koloni karang. Ini adalah karang, tangguh semi-agresif yang akan memperluas tentakel penyapu di malam hari, Karang dikawasan ini cukup dangkal sehingga rentan terkena sinar matahari secara langsung saat air laut surut terendah, umumnya berbentuk membulat, permukaannya halus dan padat. Ukurannya bervariasi mulai dari sebesar telur sampai sebesar ukuran rumah.
Klasifikasi karang Goniastrea 

Filum : Cnidaria

       Class : Anthozoa

             Order : Sclerectinia

                      Family : Faviidae

                            Genus : Goniastrea

  1. Ø  Mempunyai Bentuk Koloni Massive
  2. Ø  Septa dan kolumella bersatu membentuk Struktur yang tampak
  3. Ø  Koralit relatif besar dan tebal dinding porous
  4. Ø  Koloni selalu mempunyai bentuk polyp yang panjang dan warnanya berbeda
  5. Ø  Terlihat adanya pusat atau central pada koralit
  6. Ø  Koralit ceroid dengan septa antara koralit yang berdekatan sering menjadi satu.


CARA MAKAN
Karang memiliki dua cara untuk mendapatkan makan, yaitu
1. Menangkap zooplankton yang melayang dalam air.
2. Menerima hasil fotosintesis zooxanthellae.
Ada pendapat para ahli yang mengatakan bahwa hasil fotosintesis zooxanthellae yang dimanfaatkan oleh karang, jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan proses respirasi karang tersebut (Muller-Parker & D’Elia 2001). Sebagian ahli lagi mengatakan sumber makanan karang 75-99% berasal dari zooxanthellae (Tucket & Tucket 2002).
 Ada dua mekanisme bagaimana mangsa yang ditangkap karang dapat mencapai mulut:
1. Mangsa ditangkap lalu tentakel membawa mangsa ke mulut
2. Mangsa ditangkap lalu terbaw a ke mulut oleh gerakan silia di sepanjang    tentakel.
REPRODUKSI & PERTUMBUHAN KARANG
Seperti hew an lain, karang ini memiliki kemampuan reproduksi seksual yaitu
Reproduksi seksual adalah reproduksi yang melibatkan peleburan sperma dan ovum (fertilisasi). Sifat reproduksi ini lebih komplek karena selain terjadi fertilisasi, juga melalui sejumlah tahap lanjutan (pembentukan larva, penempelan baru kemudian pertumbuhan dan pematangan).
Siklus reproduksi karang secara umum adalah sebagai berikut:

Telur & spema dilepaskan ke kolom air (a) �� fertilisasi menjadi zigot terjadi di permukaan air (b) �� zygot berkembang menjadi larva planula yang kemudian mengikuti pergerakan air . Bila menemukan dasaran yang sesuai, maka planula akan menempel di dasar (c) �� planula akan tumbuh menjadi polip (d) �� terjadi kalsifikasi (e) �� membentuk koloni karang (f) namun karang soliter tidak akan membentuk koloni

Pada karang bentuk pertumbuhannya massive atau foliouse pertumbuhannya  hanya antara 0,3 cm sampai 2 cm pertahun.
Proses kalisifikasi sebenarnya adalah proses mineralisasi yang terjadi
diluar kalikoblas epidermis. Bahan utama yang digunakan untuk proses
kalsifikasi sebenarnya merupakan suatu hasil metabolisme yang
disekresikan, dan terdiri dari beberapa substansi mukopolisakarida. Adanya
bahan organik ini memungkinkan karang mengikat kalsium dari air laut.
Proses kalsifikasi karang sangat kompleks.
karang batu terutama yang bentuk
massif (bulat dan padat) dan tidak jarang karang yang diambil masih
hidup. Karang yang diambil dipergunakan untuk membuat
bangunan/rumah, jalan.

Daptar Pustaka

Bengen, D.G. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut
                serta Prinsip Pengelolaannya. PK-SPL. IPB, Bogor

Dahuri, R., J. Rais, SP Ginting dan MJ Sitepu. 1996. Pengelolaan
               Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. PT
               Pradnya Paramita. Jakarta.

English, S.C.; Wilkinson and Baker, V., 1997. Survey Manual for
              Tropical Marine Resources. Asean. ASEAN-Australia Marine
              Science Project: Living Coastal Resources. p. 68-80.

Gomez, E.D. and Halen, T.Y., 1988. Monitoring Reef Condition. In: Eds.:
                       R.A. Kenchington and B.E.T., Hudson. p.187-195. UNESCO.
                     Jakarta.

Hutomo, M., 1993. Pengantar Studi Ekologi Komunitas Ikan Karang
                    dan Metode Pengkajiannya. Puslitbang Oseanologi. LIPI.
                     Jakarta.

Iriani, 2003. Tingkat Pertumbuhan Karang Acropora pulchra Hasil
                    Transplantasi Pada Kedalam Berbeda di Perairan Pulau
                     Barrang Lompo Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar
. Tesis.
                     Universitas Hasanuddin. Makassar.

Jompa, J., 1996. Monitoring and Assessment of Coral Reefs On
                    Spermonde Archipelago, South Sulawesi. Thesis. MC Master –
                    Canada.

Jompa, J. Thana, D, Sudirman 2003. Bahan Kuliah Wawasan Sosial
                   Budaya Bahari, Aspek Bio-Ekologis. MKDU, Universitas
                  Hasanuddin Press.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar